langit biru berwarna
anak kecil berlari mengejarnya
tiada mengenal arti yojana
orang tua hanya tertawa
lepas tetap mencari
anak kecil tiada lelah
mengejar matahari
anak kecil tiada resah
larut datang menjemput
sang putra tumbuhlah sudah
berganti rembulan
tiada henti ia pandang
malam senandung sendu
malam tanamkan rindu
putra hanya meratap pilu
rembulan putih tancapkan sembilu
ketika putra mulai merasa
indahnya jatuh cinta
tersadar ia
kejamnya yojana
menggubah syair
bagai musafir
menyimpul tafsir
gurun pasir
luas tak bertepi
seperti hati
yang menyesat diri
diam bersembunyi
seperti hati
yang memaknai
segala rasa yang memenuhi
tetapi apalah artinya hati
jika tak berpemilik, kini
Tuesday 21 January 2014
Saturday 11 January 2014
Posts by : Admin
Siapa hendak bertanya senyapnya malam?
Siapa hendak bertanya senyapnya malam?
Saat jam dinding
sanggup bicara tentang diam
Saat percik air mata sayup berkisah riam
Jika bukan tuan, biarlah saya yang bertanya
Atas segala wajah dan peristiwa
Yang terlukis muramnya durja
Bukankah tuan pernah bercerita?
Bila duka datang berselimut lara
Adalah saat untuk mendoa tiba?
Bukankah tuan telah ajarkan?
Bila sempit datang berdesakan
Maka biarlah kita dersikkan...
Sebuah syair yang dahulu
Yang mampu dilantangkan si bisu
Yang dapat diucap kelu
Yang sanggup dieja angin lalu
Yang merdu...
Sungguh tuan saya tidak mengerti
Atas segala raut yang tak bertepi
Jika tak hendak tuan bisikkan kini
Subscribe to:
Posts (Atom)