Tuesday 21 January 2014

cerita

langit biru berwarna
anak kecil berlari mengejarnya
tiada mengenal arti yojana
orang tua hanya tertawa

lepas tetap mencari
anak kecil tiada lelah
mengejar matahari
anak kecil tiada resah

larut datang menjemput
sang putra tumbuhlah sudah
berganti rembulan
tiada henti ia pandang

malam senandung sendu
malam tanamkan rindu
putra hanya meratap pilu
rembulan putih tancapkan sembilu

ketika putra mulai merasa
indahnya jatuh cinta
tersadar ia
kejamnya yojana

menggubah syair
bagai musafir
menyimpul tafsir
gurun pasir

luas tak bertepi
seperti hati
yang menyesat diri

diam bersembunyi
seperti hati
yang memaknai
segala rasa yang memenuhi

tetapi apalah artinya hati
jika tak berpemilik, kini

Saturday 11 January 2014

Siapa hendak bertanya senyapnya malam?

Siapa hendak bertanya senyapnya malam?
Saat  jam dinding sanggup bicara tentang diam
Saat percik air mata sayup berkisah riam

Jika bukan tuan, biarlah saya yang bertanya
Atas segala wajah dan peristiwa
Yang terlukis muramnya durja

Bukankah tuan pernah bercerita?
Bila duka datang berselimut lara
Adalah saat untuk mendoa tiba?

Bukankah tuan telah ajarkan?
Bila sempit datang berdesakan
Maka biarlah kita dersikkan...

Sebuah syair yang dahulu
Yang mampu dilantangkan si bisu
Yang dapat diucap kelu
Yang sanggup dieja angin lalu
Yang merdu...

Sungguh tuan saya tidak mengerti
Atas segala raut yang tak bertepi
Jika tak hendak tuan bisikkan kini