20 November
malam ini adalah malam bulan empat belas, aku menyempatkan
untuk sejenak memandangi makhluk cantik itu. rembulan tanggal empat belas.
bulan, tetap saja wajahmu syahdu, tiada pernah berkurang
dari waktu-kewaktu. selalu, memesonaku untuk setia menatapmu. menawan, menyandu
untuk selalu ingat dan kembali menatapmu. menanti senja, menanti saat yang
semakin dekat untuk bersamamu.
entah sejak kapan aku menyukai rembulan. ketika aku kecil,
ketika malam hari terkadang aku memperhatikannya, sambil duduk, berdiri, berjalan.
ketika berjalan dan aku terus memandanginya, ia seakan terus mengikutiku. aku
berlari, dan rembulan itu tak kunjung menjauh. seakan turut berlari pula
mengejarku. akupun berhenti kelelahan.
bulan, kenapa engkau terus mengikutiku?
sebuah tanya yang kemudian kuketahui jawabannya ketika
mendapat pelajaran ilmu alam di sekolah dasar. "gerak semu harian"
begitu kata Bu Kus, guru spesialis ilmu alam di sekolahku. aku
mengangguk-angguk seakan paham waktu itu. berkata dalam hati "ya aku
mengerti Bu."
kisah bersama rembulan tak berhenti sampai di situ. walau
aku tahu bahwa ternyata rembulan tidak hanya mengikutiku seorang. ternyata ia
mengikuti siapa saja, bahkan ia dapat mengikuti banyak orang dalam waktu yang
bersamaan, dengan atau tanpa disadari. aku juga menemukan fakta bahwa tidak
sedikit orang yang menyadari akan eksistensi makhluk cantik itu dalam kehidupan
kesehariannya. ketika pelajaran bahasa, ternyata ada banyak peribahasa yang
menganalogikan "rembulan" sebagai padanan untuk kecantikan. coba tengok
kembali buku peribahasa, banyak peribahasa yang menggunakan
"rembulan" sebagai perumpamaan. ternyata rembulan telah menarik
perhatian manusia sejak dahulu kala!
semakin lama, semakin aku mengetahui bahwa pada rembulan
tersimpan ilmu pengetahuan yang tak terkira. bahkan mukjizat yang pernah ada.
bagiku, menatap rembulan adalah hal yang istimewa. ada
perasaan yang tak biasa. ketika kita sedih, ketika bahagia, ketika kita diam,
atau bertanya, memandanginya. seakan ia dapat memahami. hanya memandanginya dengan
setulus yang kita mampu . ia seakan mampu berbicara melalui cahayanya. ia
adalah kebaikan yang nyata, yang dapat dinikmati semua manusia dengan
cuma-cuma. setidaknya aku dapat merasakan kebahagiaan itu.
aku senang, sungguh senang diperkenalkan kepadamu, wahai
cahaya redup yang menerangi gelap semesta.
perjalanan bersama sang rembulan terus berlanjut. aku
menemui beberapa orang pecinta rembulan. tentu dengan kisah mereka yang
istimewa. ada sebuah kisah yang menarik sekali untuk diceritakan. tentang seseorang
yang begitu syahdu ketika menatap rembulan, seseorang itu bernama Ray...
"Sama seperti dulu, meski hatinya marah, meski hatinya
mengutuk langit berkali-kali, Ray tetap terpesona menatap rembulan di langit.
Merasa damai dengan sepotong ciptaan Tuhan yang seolah-olah digantungkan begitu
saja itu. Malam-malam sepi di selasar atap tampias Panti... Malam-malam sendiri
di atap genting Rumah Singgah. Malam-malam senyap di atas tower air. Di lantai
18 konstruksi gedung. Malam-malam itu meski amat bencinya dia dengan keputusan
Tuhan, amat marahnya dengan segala takdir, sepotong rembulan di atas selalu
membuatnya berterima-kasih.
Mungkin itu gunanya Tuhan menciptakan rembulan terlihat
indah dari bumi. Menjadi penghiburan bagi hati yang resah menatapnya."
(rembulan tenggelam di wajahmu)
bahkan aku tak mampu menyaingi betapa syahdunya Ray ketika
menatap rembulan. rembulan terus berjalan bersama jejak langkah kita,
esok-lusa, mungkin kita akan menemui kisah-kisah hebat lain bersamanya. memetik
pelajaran-pelajaran yang berharga. rembulan, sungguh betapa Maha Suci Pencipta
mu.
apalah arti malam tanpa rembulan, sinarnya bukti keagungan
Tuhan. keniscayaan yang penuh hikmah. sang pengawal para makhluk penembus
malam, dengan cahaya ajaibnya.
lihatlah, betapa syahdunya ia, membuat siapa saja menitikkan
air mata, bila berlama-lama menatapnya. air mata bahagia.