Sunday 16 February 2014

it is about drawing closer to...

ray, malam ini hujan kembali turun.. seperti malam itu.. 
hari-hari ini hujan mengguyur dengan curah yang tinggi, tapi tak setinggi malam itu
di kota-kota lain hujan ini mengundang banjir, beritanya bahkan lebih luas dari malam itu
ada lebih banyak orang yang mengungsi, ada lebih banyak wilayah yang tergenang
ray, malam itu saya telah hampir berputus asa
banjir telah membawa hanyut seluruh milik saya
meski tiap kali hujan saya selalu berdoa
Allahumma shayyiban naafi'a *
menyambutnya sebagai berkah yang anugerah
menyempatkan bersalaman dengan ari-nya
membiarkan peluknya yang seketika
ray, malam itu saya hampir tidak lagi percaya
akan doa-doa, yang tak mampu membendung banjir itu
doa-doa itu seakan tak berdaya menghadapinya
ray, lama sekali kesedihan itu menghantui
menangisi sepanjang sisa malam dalam guyuran hujan
yang ketika hujan itu reda, air mata pun telah jatuh tanpa sisa
yang tersisa hanyalah mendung yang menggelayut di langit hati
jatuh membanjiri dengan awan kelabu
meluap, menyesak seluru kalbu
bertanya..
Apakah kesedihan itu ada batasnya? **
ray, sejak dulu saya memang cengeng
selalu murung hanya demi keinginan yang tak menentu
seringkali menangis hanya karena urusan tak perlu
saya masih ingat kalimatmu dulu
Manusia pantas menangis karena dua hal, yang pertama ketika bertemu yang dicintainya,
yang kedua ketika berpisah dengan yang dicintainya. ***
ray, malam itu saya mencintainya
malam itu ia adalah separuh nyawa saya
malam itu ia adalah kunci kebahagiaan saya
malam itu saya terlalu mencintainya
malam itu saya pantas sekali menangisinya
ray, dunia ini indah
dan ia-lah kunci keindahan itu
ia-lah dunia saya
dan saya terlalu mencintainya..
ray, malam itu saya memang terlalu mencintainya
hingga kecintaan itu membuat saya begitu nelangsa
terlalu mencintai dunia menjadikan bencana itu begitu nyata
hingga menjadi tragedi bagi cinta yang sesungguhnya
ray, saya merenungi kembali nasihatmu
Genggamlah dunia di tanganmu dan letakan akhirat di hatimu, agar kamu senantiasa teringat akhirat tanpa melupakan dunia. *****
dulu saya terlalu jauh mencintai dunia
hingga tanpa sadar ia menggengam hati saya, menguasai hati saya
dan ketika dunia itu tiba-tiba lenyap
lenyap pulalah hati saya
ray, perlahan saya mulai memulai ini dari awal
memulai mengingat-ingat hati saya yang lenyap itu
saya bertanya pada diri saya, siapa saya?
saya adalah manusia, apa itu manusia?
dan perlahan saya kembali ingat
saya adalah seorang muslim, ray
dan saya kembali belajar menjadi seorang muslim
kembali saya teringat nasihatmu dulu
Becoming a Muslim is about change; it is about drawing closer to the Creator and consciously living your life in line with the way of life chosen by the One who created all things with love and mercy. ****
ray, kembalinya ingatan itu membuat saya menangis
kali ini adalah tangis yang benar-benar pantas, ray
karena saya kembali bertemu dengan yang saya cintai, Allah
saya kembali menemukan hati saya yang cerah
saya kembali menemukan hati saya yang memancarkan mata air
mata air yang mengalir keseluruh tubuh saya, menyegarkan jiwa saya
saya terus belajar, dan belajar
memahami kesederhanaan Islam
The basic teachings of Islam are few but each forms a whole way of life; a way of thinking and a way of dealing with life's problems. If correctly understood, the creed of Islam guides us through the ups and downs of life, steering us to success in this life and the next. ****
ray, malam ini hujan kembali turun..
tetapi kesedihan itu tak pernah turun kembali
semua telah jauh berlalu
kini saya telah memiliki dunia saya yang baru
dan pasti dunia ini hanya akan saya genggam di tangan saja
dan menaruh akhirat di hati saya
ray, hari ini saya benar-benar dapat memahami kalimatmu itu
Our knowledge of what’s going on around us is limited.But Allah knows what people are planning and doing. ****
saya percaya doa-doa itu di dengar-Nya
saya percaya "Allahumma shayyiban naafi'a"
saya percaya bahwa duka juga memiliki cinta 
sebagaimana berkah itu saya rasakan kini
ray, terkadang saya takut kehilangan
seperti dulu..
saya takut kehilangan hati saya
tetapi saya selalu yakin dan berdoa
Allahumma mushorrifal quluub shorrif quluubana ‘ala tho’atik. ******
Yaa muqallibal quluub tsabbit quluubanaa ‘alaa diinik. *******
semoga Sang Pemilik Hati menetapkan hati ini kepada ketaatan dan agama-Nya.
-it is about drawing closer to the Creator-
Jum'at 29 Rabiul awal 1435 H, dengan segenap kerendahan hati, dan kerendahan diri:
-Ray Nevralone-
Referensi:
*HR. Al-Bukhory no. 974
**Original qoute by: Darwis Darwis
***Original quote by: Ray Nevralone
****Original quote by: Selma Cook
*****Original quote by: Abu Bakar Ash Siddiq
******HR. Muslim no. 2654
*******HR.Tirmidzi 3522, Ahmad 4/302, al-Hakim 1/525
Special thanks to Selma A. Cook for the inspiration.

Tuesday 21 January 2014

cerita

langit biru berwarna
anak kecil berlari mengejarnya
tiada mengenal arti yojana
orang tua hanya tertawa

lepas tetap mencari
anak kecil tiada lelah
mengejar matahari
anak kecil tiada resah

larut datang menjemput
sang putra tumbuhlah sudah
berganti rembulan
tiada henti ia pandang

malam senandung sendu
malam tanamkan rindu
putra hanya meratap pilu
rembulan putih tancapkan sembilu

ketika putra mulai merasa
indahnya jatuh cinta
tersadar ia
kejamnya yojana

menggubah syair
bagai musafir
menyimpul tafsir
gurun pasir

luas tak bertepi
seperti hati
yang menyesat diri

diam bersembunyi
seperti hati
yang memaknai
segala rasa yang memenuhi

tetapi apalah artinya hati
jika tak berpemilik, kini

Saturday 11 January 2014

Siapa hendak bertanya senyapnya malam?

Siapa hendak bertanya senyapnya malam?
Saat  jam dinding sanggup bicara tentang diam
Saat percik air mata sayup berkisah riam

Jika bukan tuan, biarlah saya yang bertanya
Atas segala wajah dan peristiwa
Yang terlukis muramnya durja

Bukankah tuan pernah bercerita?
Bila duka datang berselimut lara
Adalah saat untuk mendoa tiba?

Bukankah tuan telah ajarkan?
Bila sempit datang berdesakan
Maka biarlah kita dersikkan...

Sebuah syair yang dahulu
Yang mampu dilantangkan si bisu
Yang dapat diucap kelu
Yang sanggup dieja angin lalu
Yang merdu...

Sungguh tuan saya tidak mengerti
Atas segala raut yang tak bertepi
Jika tak hendak tuan bisikkan kini