Tuesday 7 April 2020

CORONA: Little Creature, Do You Remember?

jadi, ada sebuah benda kecil. begitu kecil hingga tak terlihat mata. terkecuali dengan mikroskop.
corona.
sebuah nama yang sudah lama dikenal. ia berkembang menjadi berbeda. dibawa oleh kelelawar. sehingga disebut sebagai bat-corona virus. kemudian menjangkiti manusia.
dari seseorang. menyebar ke seluruh dunia.
nama resminya c0vid19. menyebabkan hal tak terduga. menghentikan banyak hal. menebar aroma duka cita.
jadi bagaimana kita menghadapinya?
pertama sekali. ini adalah sebuah pengingat bagi kita, orang-orang yang beriman. bahwa tiada Tuhan selain Allah. karena mungkin sering kita lupa. seringkali kita larut dengan dunia, menomor duakan-Nya. padahal kita hanyalah seorang hamba. laa ilaaha illallah. laa ilaaha illa anta.
kedua, bahwa Maha suci Allah dari takdir yang buruk! tidak ada takdir yang buruk. disaat seperti ini tidak sedikit orang yang berputus asa dari rahmat Allah. menyalahkan keadaan. mempertanyakannya kepada Allah. bahkan menyalahkan Allah. Subhanallah. Allah itu suci. tidak pantas seorang hamba menyalahkan takdir. bahkan sekedar mempertanyakannya.
karena, sesungguhlah dia sendirilah yang dzolim. kita sendirilah yang dzolim. wabah ini akibat dari perbuatan tangan-tangan jahil manusia. ketika suatu kemaksiatan terjadi, bukan cuma pelaku maksiat saja yang ditimpa adzab. melainkan orang-orang disekitarnya juga terkena dampaknya. karenanya kita selalu berkewajiban untuk mengingatkan. itu adalah tanggung jawab kita.
ketiga, maka akuilah, bahwa sesungguhnya kita ini orang yang dzalim. bertaubat, memohon ampun atas dosa kita, ketidakmampuan kita.
selanjutnya, kita harus bersabar. barangkali ada nikmat yang diambil dari kita. tetapi mari bersyukur atas nikmat yang tidak diambil dari kita. syukuri apa yang ada. dan melakukan usaha-usaha sesuai kemampuan kita.
-------
lebih jauh, memang wabah ini membawa derita.
sebelum itu terjadi, ada beberapa catatan yang perlu kita garis bawahi.
pertama, berawal dr pelanggaran hukum syara' yaitu memakan daging kelelawar yg haram hukumnya.
kedua, ketika telah diketahui wabah itu melanda sebuah negeri. negeri-negeri lain tidak segera menutup pintu masuk. bahkan malah membiarkan terbuka lebar-lebar. sehingga wabah cepat menyebar ke seluruh dunia. lagi-lagi ini tidak sesuai dengan ajaran Islam yang mengharuskan mengkarantina wilayah yang terserang wabah.
----
Astagfirullah. cerita selanjutkan adalah apa yang sedang kita jalani hari-hari ini.
wabah terus menyebar, entah sampai kapan.
rakyat kesulitan mencari nafkah, tenaga medis kesulitan peralatan.
pemerintah kesulitan menaungi rakyatnya. kesulitan membekali tenaga medisnya.
pada keadaan normal saja, banyak rakyat terbiasa menahan lapar. kini lebih banyak yang tak mampu membeli makanan.
pada keadaan normal saja, rakyat banyak yang tak mampu berobat, kini makin berat lagi menahan rasa sakit.
-----
pangan, kesehatan, merupakan kebutuhan dasar manusia yang seharusnya disediakan oleh negara.
tetapi negaramu sendiri terjerat utang ribawi. sumber daya negeri telah tergadai, tak terurusi.
kepemimpinan yang ada rupanya tidak mampu mengatasi.
lagi-lagi ini sebuah pelanggaran syariat.
----
kalau kita mau mengakui kedzaliman kita. kalau kita mau kembali kepada fitrah kita. menjadi hamba. ketika ketaatan kepada syari'at-Nya menjadi hal utama. Niscaya solusi itu ada.
tetapi jika kita memilih menutup mata dan telinga. meninggikan hati dihadapan syari'at-Nya. Ya.. mau sampai kapan? Kejadian seperti ini terus berulang.
Dan kamu memilih solusi selain solusi Islam? tak peduli halal haram?
----
Ucapkanlah: Laa Ilaha Illa Anta Subhanaka Inni Kuntu Minadzholimin.
Tidak ada Tuhan selain Engkau, Maha Suci Engkau. Sungguh, aku termasuk orang-orang yang zalim.
Mari kembali menjadi seorang hamba. Menegakkan ajaran agama. Menerapkan syari'at Islam secara kaffah. dalam kepemimpinan islam sebagaimana telah dicontohkan Rasulullah SAW. dilanjutkan para khalifah seterusnya. Niscaya Islam akan membawa rahmat ke seluruh dunia.

Thursday 17 November 2016

C-Krankenhaus

Terkadang media sosial berubah menjadi sebuah rumah sakit. Penuh dengan pasien dengan gangguan delusional. Pada beberapa kasus juga bersifat impulsif. Ada yang berperan sebagai dokter dalam delusinya. Bergaya seolah memeriksa dan mendiagnosa. Menawarkan obat yang terlihat mujarab. Memberi injeksi yang membuat terbang melayang. Tertawa.

Tidak semua orang yang berada di sini adalah pasien. Terkadang ada juga seseorang yang berkunjung untuk mencari hiburan. Sebut saja Ray, ia datang hanya untuk tertawa. Menikmati setiap pertunjukan yang ada.

Sekali waktu aku pernah bertanya padanya, apakah dia tidak berempati kepada mereka? Dia menjawab: “Apa kau tahu sudah berapa lama aku mengunjungi tempat ini? Itu cukup lama untukku kehilangan empati. Awalnya aku prihatin, terkadang aku marah, lihatlah betapa menyedihkannya mereka. Tetapi mereka sendiri yang memilihnya. Hidup dalam delusi. Merasa lebih senang hidup dalamnya. Dan aku tidak mau merugi hanya demi bersedih atas mereka. Anggap saja ini acara drama, komedi. Lawakan yang sungguh berbahaya!”

Begitulah Ray, ia terlihat seperti menyerah dengan empati. Tetapi aku tahu persis apa yang dia lakukan, dia masih berbelas kasih. Semua orang di sini adalah pasien, kecuali aku dan Ray. Tentu ini cukup memberi penjelasan akan siapa Ray. Lantas siapa aku? Ray juga pernah menanyakan hal itu kepadaku. Siapa aku? Aku hanya seorang pemerhati kesehatan. Aku mengangkat tanganku, menggerakkan jari telunjukku, mengetuk-ngetukkan ujungnya di sisi sebelah kanan keningku.

-----------------------
Cerita ini hanya fiktif belaka, lho!

Saturday 8 October 2016

Profesi Terpenting di Dunia

Dewasa ini kita perlu menempuh pendidikan sekolah dasar selama 6 tahun, ditambah sekolah menengah pertama (SMP) selama 3 tahun dan masih ada 3 tahun lanjutan lagi di sekolah menengah atas (SMA). Dua belas tahun mengenyam pendiikan tidak lantas membuat kita mendapatkan pekerjaan yang “enak”. Lulusan SMA tentu hanya akan menempati posisi bawah dalam piramida lapangan kerja. Untuk mendapat pekerjaan yang lebih “enak” dengan gaji yang lebih tinggi tentunya kita perlu memiliki kemampuan tertentu. Dan di universitas kita memiliki kesempatan untuk mempelajari kemampuan yang spesifik sesuai dengan minat kita.

Di universitas, pendidikan dokter merupakan salah satu yang favorit. Perlu waktu setidaknya 4 tahun untuk menjadi sarjana kedokteran. Belum lagi pendidikan lanjutan untuk menjadi profesi dokter. Begitu juga untuk menjadi akuntan, insinyur, pengacara, guru, dan sebagainya diperlukan waktu yang tak kalah panjangnya. Namun 12 tahun pendidikan sekolah dasar dan menengah ditambah 4 tahun pendidikan di universitas ditambah lagi pendidikan profesi apakah sudah cukup menjadikan profesi kita sebagai profesi yang terpenting?

Generasi muda kita kian berlomba-lomba meraih pendidikan tinggi. Dan apalagi tujuannya selain untuk memperoleh pekerjaan yang “enak” atau yang bergengsi, berpenghasilan lebih tinggi. Tentu kita tidak menafikkan ada sebagian yang memiliki motif berbeda. Fokus kita adalah pada mainstream pendidikan masa kini. Tak berhenti sampai pada sarjana atau pendidikan profesi, generasi muda berlomba-lomba meraih gelar Magister bahkan Doktor. Ini adalah sebuah semangat belajar yang patut kita apresiasi. Merekapun kemudian menempati posisi-posisi penting baik di sektor publik maupun swasta. Menjadi ahli-ahli di bidangnya. Apakah setelah mencapai pendidikan tertinggi dan mencapai posisi terpenting dalam bidangnya lantas dapat disebut profesi itu sebagai profesi terpenting?

Tokoh pendidikan Inggris era Victoria, Charlotte Mason menyebut orang tua sebagai profesi paling penting di dunia. Ya orang tua. Kita bisa bersekolah untuk mencapai gelar Doktor atau Profesor sekalipun, dengan nilai terbaik. Tetapi tidak ada sekolah untuk menjadi orang tua. Padahal hampir setiap orang akan menjadi orang tua. Dan profesionalitas sebagai orang tua tentu akan sangat berpengaruh terhadap keberlangsungan generasi selanjutnya. Kita sibuk belajar meraih gelar akademis, meraih posisi puncak dalam karier, tetapi kita seringkali lupa belajar untuk menjadi orang tua. Kita bahkan baru belajar menjadi orang tua ketika kita telah menjadi orang tua.

Di dalam buku “The Checklist Manifesto”, Atul Gawande, seorang dokter dan penulis, membagi permasalahan dunia ke dalam tiga kategori: sederhana (simple), rumit (complicated), dan kompleks (complex). Menanak nasi dan mencuci baju termasuk masalah sederhana. Menerbangkan roket dan membangun gedung bertingkat 100 termasuk masalah rumit karena memerlukan berbagai jenis ilmu, keahlian, dan pendekatan khusus. Sementara mendidik anak termasuk permasalahan kompleks. Setiap anak adalah spesial. Setiap anak anak terlahir berbeda dan perlu perlakuan yang berbeda pula. Kesiapan kita sebagai orang tua dalam memelajari dunia anak, dunia keayah-bundaan, akan banyak membantu dalam memahami mereka, anak-anak kita dengan segala potensi terpendamnya. Jangan sampai kita menjalani profesi sebagai orang tua hanya karena kebetulan kita punya anak. Lebih dari itu, kita harus menyiapkan yang terbaik, segala ilmu yang perlu bagi tumbuh kembang anak, meskipun itu meliputi poleksusbudhankam sekalipun. Hehe.. terdengar bercanda tapi ini serius karena dalam mendidik anak memang perlu lintas disiplin ilmu. Dan tentu, tanamkan akidah yang lurus, agar ia tak tersesat nantinya. Karena, eh karena.. dewasa ini banyak sekali anak-anak yang pintar tetapi tumbuh sebagai penjahat. Jadi, bekal apa yang telah anda persiapkan untuk anak-anak anda? seberapa orang tua-kah anda?